Senin, 29 April 2013

“Persembahan yang terbaik” (Cerita inspiratif)



                  Ada satu kisah dari seorang perempuan muda berusia dua puluh tahun yang bernama Elena Frings. Dia diberitahu dokternya bahwa hatinya begitu lemah sehingga dia hanya akan hidup enam bulan lagi. Dia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di Santiago, Chili, dan bekereja sebagai seorang sukarelawan pengorganisir komunitas di tengah para pemukim perumahan kumuh. “Dengan cara itu saya akan meninggal dengan bahagia,” katanya kepada seorang teman. Nona Frings akhirnya bekerja begitu baik sehingga dia diundang ke New York untuk memberikan ceramah tentang programnya. Melalui hal itu Tuhan mempertemukan dia dengan seorang dokter ahli bedah yang berhasil mengoperasi hatinya yang cacat itu. Elena Frings sekarang sudah kembali ke Amerika Latin, membantu kaum miskin yang tinggal di pinggiran kota. Kabar kematian yang menimpa dirinya sekarang berubah menjadi kehidupan dengan arah yang baru. Seorang gadis muda yang hidupnya hanya tinggal beberapa bulan saja mau mempersembahkan sisa hidupnya tidak untuk menyesali derita penyakit yang ia alami namun ia justru mempersembahkan sisa hidupnya untuk menjadi sukarelawan menolong orang miskin di perkampungan kumuh. Dan pada akhirnya Tuhan menolongnya.  

               Seorang janda miskin mau memberi dari kekurangannya. Banyak orang merasa bangga jika ia mampu berikan persembahan yang banyak tapi di belakang pemberian persembahan itu ia hanya ingin membuat namanya semakin besar dan hebat. Tetapi Yesus berkata “Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya”. Sudahkah kita mengucap syukur pada Tuhan di hari ini? Bukan saja lewat uang tetapi pemberian hidup kita bagi Tuhan? Banyak anak muda yang gagal di luar sana karena imannya tidak kuat untuk menangkal bebasnya pergaulan. Tetapi firman Tuhan mengatakan, “1 Samuel 12:24  Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di antara kamu.”  Jadi dengan mendekatkan diri pada Tuhan maka hidup kita akan diberkati. Selama masih diberi kesempatan hidup laklukanlah hal-hal yang berkenan di mata Tuhan, jangan jauh dari pada Tuhan, karena Tuhan itu hanya sejauh doa.
               Kisah lain, “Suatu hari babi datang kepada sapi dan mengeluh, “Memang kamu sudah memberi mereka susu, tetapi mereka mendapatkan lebih banyak hal dari saya. Mereka mendapatkan daging saya, bahkan kaki saya pun mereka masak. Meski demikian tak seorang pun menyukai saya, bagi mereka saya hanya seekor babi. Mengapa begitu?” sapi merenung sejenak dan berkata, “Mungkin karena saya memberikan sesuatu pada saat saya hidup sementara kamu memberikan semua hidupmu tetapi setelah kamu mati.”Jadi, bagaimana dengan hidup kita? Adakah kita menjadi saluran berkat dan menjadi kesaksian yang baik, bagi orang-orang  yang ada di sekeliling kita? Sudahkah persembahan yang sejati dari hidup kita berikan bagi Tuhan? Seperti Nona Frings yang memberikan sisa hidupnya untuk menolong orang miskin, seorang janda miskin yang memberi dari kekurangannya bahkan seluruh nafkahnya. Ingatlah baik-baik bahwa sekecil apapun perbuatan baik yang kita lakukan selama hidup, itu memiliki suatu nilai kekal. Alangkah sia-sianya hidup kita, jika kita berpikir sesudah mati nanti, barulah semuanya itu kita berikan bagi orang lain. Catatan-catatan Allah selalu tertulis hal-hal yang kita kerjakan selagi kita masih hidup, dan ketika kita sudah mati, catatan itu pun sudah ditutup. Seperti pepatah kuno yang mengatakan Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama.Untuk itu, belum terlambat, kita masih diberi kesemptan hidup, kita masih sehat. Jangan jauh dari Tuhan, jangan lakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendaknya, karena jika penyesalan datang semua sudah terlambat, Tuhan tak lagi mengenali kita. Maka belajarlah dari filosofi pensil. 
               Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari pensil.Pertama, pensil hanyalah benda kecil, tapi selalu ada tangan yang membimbingnya menjadi berguna dan pada akhirnya pensil mampu melakukan hal-hal hebat, menciptakan karya besar lewat lukisan dll. Maka jika kita bisa melakukan banyak hal dalam hidup kita, ingatlah ada tangan yang membimbing setiap langkah kita.Ke dua, pensil tidak pernah keberatan jika tulisannya salah dan penghapus menghapusnya. Itu berarti tidak apa-apa kalau kita memperbaiki sesuatu yang sudah keliru kita lakukan.Ke tiga, bagian penting dari pensil ada bagian dalamnya. Maka jangan jadi orang munafik. Jadilah orang yang apa adanya tapi bukan ada apanya.
Dan yang terakhir yang paling penting, pensil selalu meninggalkan bekas. Begitu pula apa yang kita lakukan dalam hidup kita. Kita harus tahu bahwa segala sesuatu yang kita lakukan itu meninggalkan bekas, maka berusahalah lakukan yang terbaik, bagi orang-orang di sekitarmu, bagi istrimu, orang tua mu, anak-anak mu, saudara mu, bahkan terlebih lagi persembahkanlah seluruh hidupmu untuk Tuhan.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar